Sabtu, 20 Agustus 2011

Niat Ingsun Tidak Puasa Sebulan Penuh

Sebuah niat yang saya persiapkan untuk menyambut bulan puasa:

Dengan menyebut-nyebut nama Tuhan Yang Maha Baik…

Saya berniat untuk tidak puasa sebulan penuh.

Jika nanti saya ditimpa tatapan sinis, nasihat maupun cercaan dan penghakiman dari manusia-manusia yang karena puasanya jadi merasa lebih suci dari manusia yang tidak berpuasa, maka saya akan menerimanya dengan penuh hormat, sabar dan kesadaran… Karena dulu sewaktu saya puasa juga sering merasa lebih agung dari yang tidak berpuasa.

Menyambut kebisingan yang pasti meningkat dalam bulan ini, saya bertekad untuk berprilaku lebih hening dan tidak ikuti-ikutan menyumbang polusi suara. Saat calon-calon teroris cilik berlatih meledakkan petasan, dengan penuh kesabaran saya akan didik sifat kanak-kanak dalam diri agar saya tidak tergoda ikut-ikutan. Saya juga bertekad untuk tidak lagi memainkan gas secara kampungan, tidak membunyikan klakson secara barbar serta mengganti muffler dengan yang sesuai standar. Saya akan berhenti memuji Iblis / Tuhan dengan cara yang bising, kalau memang harus ya cukup secara personal dan dalam hati saja.

Menyambut keserakahan dan hawa nafsu yang akan semakin liar karena puasa, jika dulu rumah tangga jadi semakin rakus dan melipatgandakan dosis shoppingnya, maka sekarang saya akan belanja secara sederhana dan justru jadi lebih selektif. Daripada menghamba pada nafsu mata, nafsu lidah dan nafsu perut… saya akan jadi lebih pemilih dan peduli pada kandungan nutrisi dan ingredients-nya. Memangsa makanan secara beradab tanpa menyiksa diri, demi tubuh yang lebih sehat dan pikiran yang lebih tenang.

Dalam masalah belanja, saya akan prioritaskan beli dari warung-warung terdekat dan pasar tradisional. Jika warung/pasar itu karena ketololan dan keserakahannya menjual barang kadaluarsa atau palsu, hingga saya terpaksa harus ke minimarket, maka saya prioritaskan minimarket yang sahamnya masih dimiliki orang-orang lokal. Begitu pun kalau harus supermarket/mahamarket, prioritasnya adalah yang dimiliki individu lokal, bukan milik korporasi multinasional. Harga beda dikit ndak masalah, wong saya juga pernah tahu rasanya dagang kurang modal.

Di akhir bulan, saya tidak akan ikut-ikutan mayoritas beriman yang menguras tabungan hanya untuk beli pakaian-pakaian baru, membiayai penampilan keren demi gengsi dan merayakan kemenangan palsu dalam kesia-siaan. Saya akan memilih sesat dengan tetap menggunakan semua pakaian yang masih layak pakai.

Semoga setelah itu saya bisa jadi lebih baik dan tidak lagi menurut membabibuta pada tradisi dan ajaran yang tidak relevan lagi.

Gimana… Ada yang perlu dibenarkan? Masih ada beberapa hari untuk memperbaiki niat.