Selasa, 10 Mei 2011

ಕಿ ಅಮೊಂಗ್ರಗ

KI AMONGRAGA MENGINISIASI ISTRINYA, TAMBANGRARAS - 1 Kutipan Serat Centini II, 82 – 88 ( GURISA ) Tak seorang pun diperkenankan membuka rahasia Tuhan, kecuali seorang muslim sejati dan yang secara erat bergaul dengan Yang Maha Mulia. Hanya seorang beriman yang terpilih dapat mencapai wujud mak’al. Dialah diperbolehkan membuka rahasia Tuhan, yaitu manusia yang sudah mencapai tahap wujud mak’al, artinya keduanya menjadi satu. Pada saat itu pula kawula dan Gusti terlebur, disebut tunggal karena asalnya satu. Dari sudut Tuhan ialah Dhat, sifat, asma dan karya. Dari pihak kawula ialah wujud (berada), pengetahuan, cahaya dan kontemplasi (suhud). Sebetulnya sifat-sifat itu berbaur dan tidak dapat dibeda-bedakan. Sama-sama disebut dhat, sifat, asma dan karya, tetapi sama juga dapat disebut wujud, pengetahuan, cahaya dan kontemplasi. Gusti dan kawula sama, tanpa perbedaan. Sambil bersembah Tambangraras bertanya kepada suaminya, Ki Amongraga, “ Bolehkah saya menanyakan sesuatu ?” Dengan lirih Ki Amongraga menjawab, “ Boleh saja,” Lalu Tambangraras meneruskan bertanya, “ Mengenai dhat, sifat, asma dan karya, mau pun mengenai wujud, pengetahuan, cahaya dan kontemplasi, semoga tuanku sudi memberikan ajaran lebih lanjut kepada hambanya, yang pantas dikasihani karena terbakar asmara. Badannya laksana tanah yang terbelah oleh kekeringan lalu dibasahi oleh hujan. Retakan-retakan sudah hampir tertutup lagi. Semoga tuanku memulihkan keadaan hatinya yang masih terbelah dan memohonkan hujan ajarannya, supaya tanah menerima rahmat ajaran tuan yang lurus.” Dengan lirih Syeh Amongraga berkata, (naskah mulai menyebut Syeh bukan Ki /Kyai) “Adinda, supaya menjadi jelas, kebenaran mengenai dhat ialah ia tunggal dan jangan melihatnya sebagai dua. Kebenaran mengenai sifat-sifat ialah sesuatu yang sungguh indah tiada bandingnya. Kebenaran mengenai asma-asma ialah mereka langgeng dan tidak boleh diragukan. Kebenaran mengenai karya ialah sudah dapat dipastikan dan tidak dapat digoyahkan. Mengertilah ini baik-baik, adikku. Mengenai kebenaran tentang wujud Adanya kita berkaitan dengan dhat Yang Suksma. Kebenaran mengenai pengetahuan ialah itu berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan. Kebenaran mengenai cahaya ialah hidup kita berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan. Kebenaran mengenai kontemplasi ialah kematian kita berkaitan dengan karya-karya Tuhan. Wujud kita ialah dhat Tuhan, pengetahuan kita ialah termasuk sifat-sifat Tuhan, cahaya kita ialah asma-asma Tuhan, kontemplasi kita ialah karya-karya Tuhan. Inilah yang disebut WUJUD MAK’AL sesungguhnya. Yang disebut Mak’al ialah perjumpaan antara kawula dengan Gusti. Tiada Gusti dan tiada kawula. Yang ada baik Gusti mau pun kawula. Gusti mengenakan sifat-sifat kawula. Kawula mengenakan sifat-sifat Gusti. Inilah, adikku, rahasia kedwitunggalan, bukan tunggal dan bukan terpisah, bukan dua dan bukan tunggal. Tidak sukar dan tidak mudah, kedwitunggalan itu. AdaNya Tuhan ialah wujud kita. Tahap luhur ini ialah keniscayaan Tuhan. Inilah yang disebut WUJUD MAK’AL. Perjumapaan kawula dan Gusti dalam kekosongan dan kehampaan, inilah yang disebut Mak’al, perhatikanlah dengan seksama ketiadaan yang sejati. Bila kau dengan bebas dapat menerobos ke sana, itulah suatu anugerah besar. Itulah kedudukan bagi dirimu, sandaran kita yang tak dapat dimusnahkan, hidup tanpa bisa mati, berbicara tanpa dapat tersesat, langgeng untuk selamanya tanpa batas ! Inilah pokok ajaran sejati. Simpanlah itu, adikku, di dalam lubuk hatimu sebagai satu-satunya yang kaumiliki, tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang lain. Dasarmu ada di dalam diriku, aku di dalam Tuhan, Tuhan di dalam dirimu. Sadarilah kau memiliki dasar itu dan jangan mengira kau dapat hidup tanpa dasar itu. Inilah kebenaran yang tak boleh dibicarakan kecuali oleh mereka yang telah mengikrarkan sumpah yang sama dan yang sehati sejiwa. Itulah tempat persembunyian bagi rahasia itu yang terdapat dalam alam gaib. Kalau rahasia itu sudah tertanam dalam dirimu, sembunyikanlah itu, tutupilah itu sehingga tak dapat ditemukan, simpanlah itu dengan kasih sayang kepada Tuhan yang menguasai segalanya dan menghakimi segala mahluk. PengadilanNya nampak dengan dua cara, yakni dengan memberi ganjaran dan menghukum. Yang menerima ganjaran ialah orang-orang yang memuji Tuhan, sedang yang dihukum ialah orang-orang yang meremehkan Tuhan. Maklumilah ini baik-baik, adikku. Arahkanlah perhatianmu kepada hal-hal yang sudah dipastikan Tuhan, jangan sampai hatimu disesatkan oleh rasa angkuh. Bagi mereka dikatakan “ Mereka yang meremehkan Yang Suksma”, ganjaran berubah menjadi hukuman, akibat keangkuhan mereka. Takutilah dan cintailah Tuhan dengan penuh pasrah; supaya hormat dan sembahmu dengan tiada henti-hentinya naik kepada Yang Maha Mulia, dan kau adikku, jangan pikiranmu disesatkan oleh kemaksiatan.-