Sesungguhnya Kami-lah yang menyebabkan blog ini tercipta, dan kamilah yang akan memeliharanya, juga memberkati penulisnya, pembacanya, pemilik hostingnya, dan semua yang terkait dengan blog ini… Sesungguhnya blog ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada server yang terpelihara, tidak membacanya kecuali para pembaca yang disucikan
Selasa, 10 Mei 2011
2
KI AMONGRAGA MENGINISIASI ISTRINYA, TAMBANGRARAS - 2
Kutipan Serat Centini II, 456 – 462 ( DANDANG GULA )
Tambangraras berkata, “ Dengan rendah hati hamba minta izin untuk
mendengarkan puncak ajaran (kesempurnaan) yang bermuara dalam samudera
sendiri. Sekiranya tuanku menyampaikan ajaran penutup yang melenyapkan
selubung dari hal-hal yang tersembunyi, yang berkaitan dengan hakikat
wanita, hakikat pria, hakikat Hyang Maha Mulia. Apakah hakikatnya ? “
Dengan lirih suaminya, Syeh Amongraga menjawab,
“Pada saat yang tepat kautanyakan hal itu. Lama juga kunantikan
pertanyaan serupa itu dari anda, karena bimbingan Allah pertanyaan itu
kau ungkapkan dengan tepat.
Marilah, adinda, dengarkanlah, maka kau akan mengajarkan mengenai
hakikat Allah, hakikat pria dan hakikat wanita. Resapilah ini.
Dhat sejati Allah ialah Tunggal yang memangku baik “Ada” maupun
“Tiada”, yang “Belum” maupun yang “Sudah”. Yang paling kecil maupun
yang semesta alam diciptakan dan dikuasai oleh Yang Tunggal.
Kemanunggalan antara “Ada” dan “Tiada”, hari depan maupun masa silam,
yang kecil maupun yang semesta, Dhat itu adinda, kemanunggalan antara
pengakuan dan penyangkalan, sedangkan ia sendiri tanpa penyangkalan
maupun pengakuan.
Ia bukan “belum” maupun “sudah” , bukan “kecil” atau pun “besar” , Ia
“ADA “ dan “TIADA” , Ia bukan yang tidak ada maupun yang ada. Segala
keduaan dan kedwitunggalan menjadi yang tunggal belaka. Ia tanpa
“kurang” maupun “lebih ”.
Keduaan dalam penyangkalan dan pengakuan, itulah keduaan Rasul dan
Muhammad dan juga keduaan pria dan wanita.
Tetapi di sini lenyaplah keduaan pria dan wanita, lenyaplah apa yang
disebut penyangkalan dan pengakuan, demikian juga semua kedwitunggalan
serupa itu, karena semua unsur itu bersatu menjadi tunggal. Benih satu
yang menumbuhkan keanekaan segala tumbuhan. Yang dapat diraba dan
dapat dilihat, berasal dari penyempurnaan yang dua menjadi satu. Yang
Tunggal ialah Allah, Yang Mulia.
Yang Satu itu tanpa pengakuan dan penyangkalan, tanpa bentuk, warna,
bau atau rasa, tanpa letak atau tempat. Tetapi yang berdiri tegak
ialah kekuasaanNya yang meliputi segalanya dan yang Maha Suci, yang
menciptakan dan menguasai keduaan itu.
Yang dimaksudkan keduaan ialah “Kun Fayakun” (Sabda penciptaan dan akibatnya) .
Arti Yang Tunggal Utama ialah DiriNya sendiri.
Itulah, adinda, DhatNya yang sejati !
Dhatnya seorang pria ialah Sang Rasul, rasa yang mulia, yang paling
halus dalam roh, cahaya kenabian di antara cahaya-cahaya, cahaya (nur)
yang disebut Muhammad.
Ini mengungkapkan hubungan dengan “Tiada” . hakikatnya halus,
penyangkalan tanpa pengakuan. Baru berupa “Kun” belum disempurnakan
oleh rahmat Ilahi.
Menjadi Rasul, itulah hakikatnya sejati seorang pria.
Mengenai hakikat sejati seorang wanita, ialah Muhammad yang mulia,
Muhammad mengacu kepada umat manusia. Sebuah anugerah yang luhur,
anugerah kehidupan itu.
Hakikatnya berkaitan dengan “Ada”, ia pengakuan tanpa penyangkalan.
Ia berupa “Fayakun” (pelaksanaan Sabda penciptaan), sehingga karena
rahmat Ilahi penyempurnaan itu sudah ada. Itulah hakikat sejati
seorang wanita.
Kata “ALLAH”, adinda, hanya terdiri dari tiga huruf, yakni alif, lam
dan ha, karena itu mengacu kepada Allah, Sang Utusan dan Muhammad.
Alif berkaitan dengan Allah, Lam dengan Utusan dan Ha dengan Muhammad.
Penyempurnaan Lam dan Ha ialah Alif, terlebur dalam kesempurnaan yang
Tunggal.
Allah ialah Alif, Yang Berbicara, Yang Tunggal. Utusan ialah Lam yang
tersisa, Muhammad ialah Ha. Inilah kesempurnaan hidup, isi tepat
mengenai ajaran sejati, hakikat Tuhan yang sebenarnya, kenyataan juga
mengenai wanita.
Akulah Sang Rasul, kaulah Muhammad dan pembaur antara “kau dan aku” ialah Tuhan.
Allah tersembunyi dalam kematian, Sang Rasul dan Muhammad tersembunyi
dalam hidup. Keberadaan di sini adalah hidup, tetapi hidup diresapi
dan diliputi oleh kematian.
Kematian menguasai seluruh kehidupan. Segala sesuatu tunduk pada kehancuran.
Hidup ini baik sekali (utama) yang bersahabatan dengan kematian.
Usahakan, supaya mati sambil masih hidup !
Barang siapa ingat akan kematian, barang siapa dapat mati sambil
hidup, barang siapa menerima bimbingan agar menjadi jelas baginya
segala peraturan Yang Maha Agung, barang siapa selalu condong
menyadari bahwa ia benda di tengah-tengah kematian, barang siapa
dengan jelas melihat kesempurnaan, hidup orang itulah luhur karena
hidupnya berkaitan dengan kematian, yang sekaligus hidup tanpa tunduk
pada kematian, artinya hakikat Hyang Suksma.
Ketiganya itu merupakan suatu kedwitunggalan, tidak dapat
dipisah-pisah. Tidak dapat disebut dua, tidak dapat disebut tiga,
tidak dapat disebut tunggal.
Allah disebut Muhammad, Muhammad disebut Rasul, Sang Rasul disebut Allah.
Barang sipa mampu melihat itu, hidupnya berkaitan dengan kematian,
Allah lah yang rahman. Itulah, adikku, jawaban mengenai hakikat pria
dan wanita.
Kau di situ, aku di sini, tidak berbeda, sama seperti Allah, Rasul dan
Muhammad tidak berbeda-beda. Muhammad itulah engkau, Sang Rasul ialah
aku.
Penyempurnaan kedwitunggalan itu mengenai pria dan wanita ialah Yang
Maha Suci, kau dan aku. Hakikat sejati pria ialah wanita, hakikat
sejati wanita ialah pria.
Begitulah artinya, wanita berada dalampria, pria berada dalam wanita.
Muhammad Rasulullah seperti dikatakan – dalam syahadat – Rasul ada di
dalam Muhammad, Muhammad ada di dalam Rasul, tanpa adanya perbedaan
dalam kedwitunggalan itu.-