Sabtu, 20 Agustus 2011

konspirasi dibalik kematian kruget

Kematian Kruget yang misterius mulai terungkap. Terduga penyebab kematian sekarang bukan lagi depresi ataupun kurangnya oksigen. Tapi racun.

RACUN!

Jadi gini…

Tadi saat cari info tentang pestisida organik, saya teringat pada seorang Ibu guru yang saya temui saat jalan-jalan ke beberapa RS. Beliau sempat bercerita tentang beberapa jenis pestisida, ada kontak dan ada sistemik. Cerita beliau tak bisa saya simak serius karena kecantikan putrinya mengganggu konsentrasi. Tapi masih ada yang saya tangkap, pestisida kontak itu masih bisa dicuci sedangkan yang sistemik tidak, racunnya menjalar ke seluruh sistem tanaman.

Jadi saya pun tanya Google lagi. Dan dari situlah saya kebetulan menemukan tulisan Pak Nurtjahjadi. Beliau cerita tentang piaraan mahasiswanya yang punya nasib sesial Kruget.

Kenapa ulatnya mati semua? Mungkinkah ada perbedaan suhu dengan tempat nya semula ketika ulat itu diambil ? Mungkin juga ada faktor2 lain, kelembaban, cahaya, dsb ?

Selidik punya selidik, bayam yang dijadikan pakan ulat itu ternyata masih mengandung pestisida yang dosisnya cukup tinggi. Memang pestisidanya tidak meninggalkan bau. Tetapi, dengan kematian ulat2 tadi secara merata, maka dapat dipastikan, bahwa bayam yang segar tanpa lubang bekas gigitan serangga, itu sudah merupakan indikasi yang kuat bahwa sayuran itu masih mengandung bahan aktif pestisida yang berbahaya.

Maksudnya mulia memberikan makanan yang terbaik, ternyata malah meracuni sampai mati. Diduga kuat, tewasnya Kruget karena sebab yang sama. Keracunan pestisida.

Lalu konspirasinya dimana Guh?

Konspirasinya adalah… *NgarangModeOn* Para produsen pestisida, dengan ijin penguasa negara yang sama-sama berorientasi profit, menjual pestisida berbahaya pada para petani. Para petani yang nasibnya tidak dipedulikan oleh pemerintah, ditindas tengkulak dan ditekan pasar juga, terpaksa menambahkan racun ke sayuran mereka supaya panennya kelihatan bagus dan bisa dijual.

Berbahaya? Yang jelas berbahaya bagi bangsa ulat. Terbukti setelah dipetik, dibawa ke pasar, dipajang pedagang, dibeli dan dibawa pulang, sayur masih saja bersifat racun dan mematikan. Entah semengerikan apa efeknya bagi manusia. Yang pasti sekarang saya harus belajar menanam sayuran sendiri secara organik.

Sementara belajar, sebaiknya saya mengikuti saran pak N,

…ada beberapa sayuran yang tidak pernah memakai pestisida sama sekali pada waktu penanamannya, dan sayuran ini sangat aman untuk dimakan. Sayuran tersebut misalnya, daun singkong, daun pepaya, daun katuk, daun ubi jalar.

Selain itu, kalau beli sayuran pilihlah yang masih ada bekas gigitan serangganya. Karena, hal itu membuktikan bahwa penanaman sayuran tersebut tidak menggunakan pestisida yang sangat tinggi konsentrasinya.

Sedangkan, sayuran yang sudah pasti banyak mengandung pestisida adalah kubis, kembang kol, brokoli. Tanaman2 ini tidak akan tumbuh sempurna tanpa perlakuan pestisida.

Seperti pernah saya tulis sebelumnya, para ibu di Jawa 8arat, ASI nya sudah mengandung pestisida. Mungkin karena mereka senang lalapan kubis dll. Sayuran yang dimasak juga dapat mengurangi kandungan pestisida yang ada di dalamnya. Selain itu, air minum mereka juga mungkin sudah tercemar pestisida.

Yaiks… Itu alinea terakhir apa? Payudara beracun!? Tulisan Pak N itu benar-benar mengerikan.

Kruget mungkin cuma “korban kolateral” yang mampus akibat ketamakan manusia-manusia pemuja profit. Ibu-ibu pemakan sayur dan anak-anaknya yang terjangkiti kelainan gara-gara pestisida mungkin juga senasib dengan Kruget, hanya korban kolateral. Yang harus saya lakukan sekarang adalah belajar untuk menanam secara sehat.