Sabtu, 20 Agustus 2011

Manfaat kebencian yang melebar

Yang berbuat hanya segelintir dari kelompok tertentu, tapi seluruh anggota kelompok dianggap salah. Ada yang menyebutnya sebagai generalisir, ada yang bilang guilty by association, dan saya kali ini menyebutnya “kebencian yang melebar.”

Bagi orang-orang lugu macam Uday, kebencian melebar ini mungkin terasa ganjil. Dia akan menganggapnya tidak efektif dan salah sasaran. Padahal, justru ‘kebencian yang melebar’ gitu yang lebih sering dipromosikan. Yang mempromosikan juga tidak cuma media-media berorientasi duit, tapi juga tokoh-tokoh yang berpendidikan tinggi.

Kenapa? Apa manfaatnya?

Setelah sedikit mengerutkan dahi, akhirnya saya mulai bisa membayangkan. Ternyata manfaatnya bisa sangat menguntungkan. Berikut ini gambaran sekenario dimana kebencian melebar bisa sangat menguntungkan.

Contoh kasus:

Bayangkan saya adalah seorang pedagang tanah multinasional yang berasal dari negara Batavia. Tiap ada tanah nganggur, pasti saya pacul, pikul dan jual, tentunya dengan pacul sakti yang maha besar. Suatu hari saya berhasil masuk negara Buitenzorg dan memaculi semua tanah yang ada. Tentunya setelah menyogok semua birokrat dengan sogokan-sogokan yang nikmat dan dalam.

Karena tanahnya saya pacul dengan sepacul-paculnya, banyak penduduk Buitenzorg mulai murka. Banyak dari mereka terpaksa hidup mengambang atau melayang karena tanahnya hilang akibat kerakusan saya *jangan memaksa diri untuk membayangkan*.

Jika saya beruntung seperti biasa, maka kemurkaan warga Buitenzorg dapat diatasi dengan menyebar pendakwah pengadu domba agar mereka sibuk saling bunuh sendiri. Atau bikin tontonan lomba desah birokrat-birokrat kesogok. Tapi gimana kalau saya sedang tidak beruntung? Gimana kalau semua usaha pengalihan perhatian gagal total? Nah, di sini “kebencian melebar” jadi penyelamat.

Daripada semua orang fokus mempermasalahkan saya seorang, lebih profit kalau kemarahan mereka itu diarahkan jadi kebencian pada Batavia. Hasut warga Buitenzorg agar menganggap semua warga Batavia sebagai kafir yang suka menjajah dan pantas dibantai. Diam-diam saya danai pelatihan-pelatihan pengebom bunuh diri untuk meledakkan kota-kota di Batavia.

Saya nggak merasa rugi, malahan untung. Banyaknya gedung yang hancur akan diikuti banyak pembangunan dan perbaikan. Ngaduk semen perlu dicampur tanah, mereka beli ke toko material dan semua toko harus beli tanah dari sang monopolist agung: Saya.

Tapi, sebagai patriot dan warga negara yang berbudi luhur, saya juga ga terima dong negara saya dirusak oleh para pembom bunuh diri. Jadi saya bayar pabrik-pabrik PR untuk meyakinkan masyarakat dan parlemen Batavia bahwa negara Buitenzorg itu ancaman, isinya zombi fanatik haus darah, perlu segera diinvasi. Secepatnya.

Walau setelah invasi pemberontakan terus bermunculan, semua akan senang. Rakyat Batavia senang bisa mempererat persatuan dengan adanya Buitenzorg sebagai musuh bersama, para pembunuh diri Buitenzorg juga senang karena ada Batavia yang bisa dijadikan sasaran bom bunuh diri untuk masuk surga. Pabrik senjata senang karena bisa menguji dan menjual persenjataan terbaru. Bang Duni yang rentenir global juga girang karena bisa membenamkan kepala semua orang kedalam hutang, semua orang, kecuali saya yang juga senang bebas memacul sepacul-paculnya, dan menjualnya dengan harga jauh lebih tinggi dengan alasan langka akibat perang.

Begitulah. Kebencian melebar ternyata bisa memberikan kesenangan pada banyak pihak! Dan segitu baru dimainkan di dua negara lho, bayangkan kesenangan yang dihasilkan kalau kebencian melebar ini bisa dimainkan secara global.

Mengerikan.